Setelah 79 tahun merdeka, banyak di antara kita yang tidak mengenal pahlawan-pahlawan di Indonesia. Kalau di tanya siapa nama pahlawan dari Aceh, Sumatera, Jawa, Bali, Makassar, sebagian kita akan terkejut. Bukan terkejut karena mereka ada. Tetapi terkejut karena kita kok bisa, tidak tahu namanya. Selama ini kita kemana saja? Padahal tanpa jasa mereka, tidak mungkin kita bisa merasakan kehidupan sekarang ya kan?
Kali ini aku mau share siapa saja pahlawan wanita di Indonesia. Tidak semua pahlawan angkat senjata. Sebagian mereka dianggap pahlawan karena perannya dalam mencerdaskan bangsa. Mari kita mulai,
CUT NYAK DIEN
Cut Nyak Dien lahir tahun 1848 di Lampadang, Kerajaan Aceh. Bulan April 1873, Belanda dipimpin Kohler bisa menguasai Mesjid Baiturrahman dan membakarnya.
Alhamdulillah kesultanan Aceh dengan pasukan yang dipimpin Ibrahim Lamnga, bisa mengambil alih mesjid Baiturrahman dan memenangkan pertempuran dimana Kohler juga tewas.
Kebayang ya, besarnya Kesultanan Aceh sampai bisa mengalahkan Belanda.
Ibrahim Lamnga adalah suami pertama Cut Nyak Dien yang meninggal tahun 1878 dalam pertempuran melawan Belanda. Wafatnya Ibrahim membuat Cut Nyak Dien marah dan turun ke arena perang. Di kemudian hari Cut Nyak Dien menikah lagi dengan pejuang bernama Teuku Umar. Salah satu syarat Cut Nyak Dien mau menerima lamaran Teuku Umar adalah, dia diizinkan untuk tetap berperang.
Teuku Umar juga yang kemudian menyusun strategi, pura-pura mendekati Belanda, agar bisa tahu strategi dan merencanakan pemberontakan baru. Di kemudian hari Teuku Umar meninggal tertembak. Putrinya bernama Cut Gambang, histeris saat Teuku Umar wafat. Cut Gambang justru ditampar oleh sang ibu yaitu Cut Nyak Dien sambil berkata, “Kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid.”
RAHMAH EL YUNUSIAH
Rahmah lahir di keluarga berilmu, terpandang, dan taat agama. Ayahnya pernah menuntut ilmu di Mekah selama empat tahun. Ibunya bersaudara dengan Haji Miskin, ulama pemimpin perang Padri.
Rahmah mempelopori pendirian Tentara Keamanan Rakyat (TKR) Panjang. Ia berusaha menjamin pangan dan senjata TKR semasa Revolusi. Rahmah juga belajar ilmu kebidanan, berenang, dan olahraga.
Penjajah yang tidak mau Indonesia maju, akhirnya menangkap Rahmah tahun 1949. Pada tahun 1955 Rahmah menjadi anggota DPR dari partai Masyumi. Tetapi beliau tidak pernah ikut sidang karena ikut bergerilya mendukung Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia.
RASUNA SAID
Rasuna Said berkegiatan di bidang pendidikan dan politik. Keahlian Rasuna Said adalah berpidato. Ditambah dengan idealismenya, Rasuna kemudian aktif di partai Syarikat Islam Indonesia.
Pepatah yang mengatakan bertemanlah dengan penjual minyak wangi, berlaku bagi persahabatan Rasuna Said dan Rahmah El Yunusiah. Keduanya berjuang bagi kemerdekaan Indonesia, memberi manfaat bagi sesama.
Wanita yang mendapat julukan ‘Singa Minangkabau’ ini kerap menentang dan mengecam pemerintahan Belanda hingga Rasuna ditangkap Belanda dipenjara 15 bulan.
Setelah dibebaskan Rasuna Said kembali berpolitik. Beliau aktif di Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan anggota Dewan Nasional 1957. Rasuna Said wafat tahun 1965 dan dimakamkan di TMP Nasional Kalibata, jakarta.
R. A. KARTINI
Ternyata wawasan sejarahku juga tidak banyak...aku baru tentang Rahmah El Yusuniah dan Ranuna Said terdengar tidak asing krn diabadikan sebagai jalan protokol namun saya pikir beliau adalah seorang laki-laki..Berkat tulisan ini wawasan sejarahku jadi bertambah..terima kasih kak utk artikel bermanfaat nya :)
BalasHapusAku baru tahu Rahmah El Yunusiah dari artikel ini. Masya Allah Beliau sudah berhijab syar’i saat itu ya...Begitu banyak pahlawan wanita yang ikut angkat senjata juga perannya dalam mencerdaskan bangsa.
BalasHapusAh senang sekali baca artikel ini
BalasHapusBaca ini jadi makin banyak pahlawan wanita Indonesia yang akan lebih dikenal oleh masyarakat ya mbak
Menunggu part 2 nya
masyaAllah terimakasih pengingatnya kak Riska, Rasuna Said ini juga jarang banget dibahas dan muncul di permukaan ya mbaa, aku jga baru tahu skrg nihh, huhu
BalasHapusPernah dengar nama Rahmah El Yunusiah tapi belum baca sejarahnya lebih dalam, setelah baca artikel ini jadi mau mempelajarinya lagi
BalasHapusternyata di masa kemerdekaan dulu jilbab itu juga bukan hal yang baru ya meski mungkin yang menggunakannya baru keluarga ulama atau yang dekat dengan dakwah islam
BalasHapusMbak, saya baru tahu Pejuang Ibu Rahmah El Yunisiah setelah baca artikel ini. MasyaAllah, ternyata sejak sebelum kemerdekaan, bertebaran ya pahlawan wanita Indonesia. Seharusnya kisah-kisah ini ya yang diangkat ke layar kaca, sehingga generasi ke generasi bisa terus kenal dan paham sejarah.
BalasHapusSukaa..
BalasHapusAku suka sejarah dan mashaAllaah.. baru kali ini aku lihat foto RA Kartini berhijab.
Dan dari sejarah yang aku pahami, orang zaman dulu kalau bisa sekolah ((apalagi sampai ke jenjang bangku perkuliahan) dan melakukan pergerakan (apalagi wanita), itu pasti berasal dari orang terpandang atau bangsawan. Ga mungkin orang biasa memiliki keberanian dan pemikiran yang seterbuka itu.
Saya juga tidak menyangka kalau hijab syar'i sudah digunakan oleh pahlawan wanita Indonesia jauh sebelum merdeka. Anggapan saya kalau hijab syar'i hanya dipakai baru-baru ini jadi terpatahkan.
BalasHapusTernyata sejak dulu sudah ada ya muslimah yang memakai pakaian syar'i di Indonesia, bahkan beliau juga seseorang pejuang. Bisa ni beliau jadi inspirasi untuk muslimah Indonesia di masa sekarang
BalasHapus